Sepasang kekasih pelan menyusuri pedestrian di bilangan distrik termegah di ibu kota, tampak lelah.
Para eksekutif muda itu sedang berjalan
pulang, menggunakan sisa-sisa energi yang seharian dicurahkan untuk bekerja. Sambil
saling mengeluh karena hari ini terasa sibuk, seperti biasa. Perjalanan menuju rumah
yang masih 1.5 jam seolah menambah alasan untuk mereka mengeluh.
Datang dari sisi depan seorang lelaki
berusia senja yang menghampiri sepasang kekasih tersebut.
Diamatinya kakek tersebut oleh si
sepasang kekasih : berkemeja lusuh, bersandal slop yang juga tampak usang, tangannya
yang terlihat kasar seolah menunjukkan bahwa kakek ini telah bekerja keras dalam
waktu yang lama. Ada perasaan iba yang tiba-tiba muncul. Perasaan belas kasih karena
menemukan kenyataan bahwa selarut ini ada lelaki tua yang belum berisirahat.
Masih dalam prasangka iba,
ternyata dengan lambat kakek itu justru menghampiri, membuat muda mudi tersebut
menghentikan langkah kaki mereka.
“dek, sekarang jam berapa?” tanya
kakek tersebut dengan lirih.
Butuh tiga detik untuk menyadari
bahwa pertanyaan tersebut ditujukan pada mereka, si sepasang kekasih.
Setelah melihat jam tangan, si
lelaki menjawab “jam sepuluh lewat sepuluh menit pak”
Dengan mata berbinar dan senyuman
yang sunguh terlihat bersyukur si kakek menjawab, “terima kasih ya dek”
---
---
Waktu sudah mengisyaratkan lewat
malam, ditandai dengan jalanan pusat ibu kota nan gemerlap yang mulai sepi.
Bapak Ali panggilannya, hari ini Bapak
Ali pulang lebih malam dari biasanya. Dagangan mainan anak-anak yang dibawa
hari ini laris manis, tidak menyisakan satu pun. Sehingga hanya pulang dengan
membawa tas kain besar yang sudah dilipatnya.
Pak Ali sempat mampir ke masjid sekitar
untuk beribadah dan berdoa sebagai rasa syukurnya hari ini. Dilanjutkan dengan
rehat sejenak sembari menghitung hasil penjualannya. Sebagian dimasukkan ke
kotak amal. Merasa tentram.
Sengaja Pak Ali pulang agak malam
untuk menghindari sesaknya Bus antar kota yang akan mengantarkannya pulang ke kediamannya
di bilangan pinggiran ibu kota.
Berjalan ke arah halte Bu, Pak Ali
melihat seorang perempuan dan lelaki muda yang tampak lelah dengan wajah muram.
Melihat kedua pemuda tersebut mengingatkan pada anak bungsu Pak Ali yang sebaya
dengannya. Ingin sekali Pak Ali menghiburnya, berharap sedikit meredakan lelah
mereka.
Walau ragu-ragu namun Pak Ali dengan
sengaja menghampiri mereka. Berniat memastikan bahwa mereka baik-baik saja.
Namun bingung berbicara menentukan topik apa yang cocok agar muda mudi tersebut
sedikit mengalihkan keletihannya.
Semakin dekat ia berjalan, dalam
pandangan kabur karena usia, ia akhirnya berujar,
“Sekarang jam berapa?” bukan
kalimat penghiburan, justru kalimat tanya itu yang spontan terucap.
“jam sepuluh lewat sepuluh, Pak”
kata si lelaki menjawab dengan senyum yang terlihat sangat diusahakan.
Pak Ali tidak sanggup melanjutkan
obrolan lagi, sadar bahwa mereka sudah di penghujung kesadaran saking lelahnya.
Dengan senyum penuh simpati Pak Ali mengucap terima kasih, sambil dalam hati
mendoakan semoga mereka selalu bahagia.
Jawa Barat, 29 April 2022