Thursday, 28 April 2022

Perspektif

Sepasang kekasih pelan menyusuri pedestrian di bilangan distrik termegah di ibu kota, tampak lelah.

Para eksekutif muda itu sedang berjalan pulang, menggunakan sisa-sisa energi yang seharian dicurahkan untuk bekerja. Sambil saling mengeluh karena hari ini terasa sibuk, seperti biasa. Perjalanan menuju rumah yang masih 1.5 jam seolah menambah alasan untuk mereka mengeluh.

Datang dari sisi depan seorang lelaki berusia senja yang menghampiri sepasang kekasih tersebut.

Diamatinya kakek tersebut oleh si sepasang kekasih : berkemeja lusuh, bersandal slop yang juga tampak usang, tangannya yang terlihat kasar seolah menunjukkan bahwa kakek ini telah bekerja keras dalam waktu yang lama. Ada perasaan iba yang tiba-tiba muncul. Perasaan belas kasih karena menemukan kenyataan bahwa selarut ini ada lelaki tua yang belum berisirahat.

Masih dalam prasangka iba, ternyata dengan lambat kakek itu justru menghampiri, membuat muda mudi tersebut menghentikan langkah kaki mereka.

“dek, sekarang jam berapa?” tanya kakek tersebut dengan lirih.

Butuh tiga detik untuk menyadari bahwa pertanyaan tersebut ditujukan pada mereka, si sepasang kekasih.

Setelah melihat jam tangan, si lelaki menjawab “jam sepuluh lewat sepuluh menit pak”

Dengan mata berbinar dan senyuman yang sunguh terlihat bersyukur si kakek menjawab, “terima kasih ya dek”

---

---

Waktu sudah mengisyaratkan lewat malam, ditandai dengan jalanan pusat ibu kota nan gemerlap yang mulai sepi.

Bapak Ali panggilannya, hari ini Bapak Ali pulang lebih malam dari biasanya. Dagangan mainan anak-anak yang dibawa hari ini laris manis, tidak menyisakan satu pun. Sehingga hanya pulang dengan membawa tas kain besar yang sudah dilipatnya.

Pak Ali sempat mampir ke masjid sekitar untuk beribadah dan berdoa sebagai rasa syukurnya hari ini. Dilanjutkan dengan rehat sejenak sembari menghitung hasil penjualannya. Sebagian dimasukkan ke kotak amal. Merasa tentram.

Sengaja Pak Ali pulang agak malam untuk menghindari sesaknya Bus antar kota yang akan mengantarkannya pulang ke kediamannya di bilangan pinggiran ibu kota.

Berjalan ke arah halte Bu, Pak Ali melihat seorang perempuan dan lelaki muda yang tampak lelah dengan wajah muram. Melihat kedua pemuda tersebut mengingatkan pada anak bungsu Pak Ali yang sebaya dengannya. Ingin sekali Pak Ali menghiburnya, berharap sedikit meredakan lelah mereka.

Walau ragu-ragu namun Pak Ali dengan sengaja menghampiri mereka. Berniat memastikan bahwa mereka baik-baik saja. Namun bingung berbicara menentukan topik apa yang cocok agar muda mudi tersebut sedikit mengalihkan keletihannya.

Semakin dekat ia berjalan, dalam pandangan kabur karena usia, ia akhirnya berujar,

“Sekarang jam berapa?” bukan kalimat penghiburan, justru kalimat tanya itu yang spontan terucap.

“jam sepuluh lewat sepuluh, Pak” kata si lelaki menjawab dengan senyum yang terlihat sangat diusahakan.

Pak Ali tidak sanggup melanjutkan obrolan lagi, sadar bahwa mereka sudah di penghujung kesadaran saking lelahnya. Dengan senyum penuh simpati Pak Ali mengucap terima kasih, sambil dalam hati mendoakan semoga mereka selalu bahagia.

 

Jawa Barat, 29 April 2022

No comments:

Post a Comment