Angin malam berdesir menerpa
tubuhku yang duduk di sadel penumpang ojek daring, merambah kulit, cocok sebagai
pelengkap muram hariku.
‘ah kenapa terjadi lagi, kapan
kesenangan datang?’ batinku.
Aku dalam perjalanan pulang yang
terburu-buru setelah mendapat kabar bahwa kucing kami -yang merupakan kesayangan
adik ku- mati mendadak tertabrak kendaraan di depan rumah.
Perjalanan sekitar 45 menit sangat
cukup untuk mereka ulang perjalanan hidup beberapa bulan terakhir. Kukira hatiku
sudah kokoh untuk menghadapi perpisahan, setelah kepergian beruntun dalam
beberapa waktu terakhir, ternyata tetap pedih juga saat ada perpisahan kembali,
batinku.
Dialog dalam otak terus bergulir,
mencari-cari kenangan akan kejadian menyenangkan yang setidaknya setara dengan
separuh memori atas kesedihan yang dihadirkan. Tidak ada.
Waktu berlalu, aku tiba di rumah.
Menemui aura kesedihan, kembali.
---
-Suatu kota di pinggiran Ibu
Kota, awal tahun 2018-
Pagi itu sangat sibuk, total
sudah 6 setel baju kucoba. Ibuku meneriakiku untuk segera memutuskan pakaian
mana yang akan aku gunakan untuk menghadiri gladi resik pelantikan karyawan
baru.
“Cepat pilih! Kamu anakku, jelas
cantik memakai apapun. Temanmu sudah lapar menunggumu untuk sarapan!” Teriak ibuku
dari area meja makan.
Temanku yang dimaksud yaitu
Susana, gadis lugu nan ayu dari suku Jawa, teman seperjuangan sejak awal kuliah
Sarjana di Yogyakarta. Dari kemarin ia menginap di rumahku, yang alasannya
-secara mengejutkan- adalah karena ia juga baru diterima bekerja di Jakarta.
Tentu itu mengejutkan. Setelah lulus kuliah kami pulang ke kampung
masing-masing, terpisah jarak 405.5 KM, 8 jam perjalanan darat. Namun setelah
beberapa tahun berpisah, patner dalam segala hal selama hidupku di Yogyakarta itu,
mengabariku bahwa akhirnya mendapatkan pekerjaan baru di Jakarta Selatan. Sama
dengan lokasi kantor baruku kelak, di waktu yang bersamaan dengan pekerjaan
baruku juga. Seperti ditakdirkan!
Suara mesin mobil sudah terdegar
dari depan rumahku. Menandakan seseorang yang akan mengantarku ke kantor baru
sudah tiba menjemput. Cepat-cepat kumakan sepotong roti bakar buatan Ibuku,
nikmat sekali.
Awal hariku sudah terasa indah,
ibuku sedari pagi tersenyum kala memandangiku. Sama antusiasnya denganku
menyambut pekerjaan baru yang begitu aku inginkan. Ditambah aku sarapan
dikelilingi orang-orang yang ku cintai.
Setelah salim kepada orang tua
dan adikku, serta mengucapkan salam, aku dan Susana masuk menaiki mobil
penjemputku.
“Selamat pagi, selamat atas pekerjaan
barumu” kata seorang yang akan menahkodai perjalan ke kantorku, memulai
percakapan. Kuucapkan terima kasih sebagai balasan.
Di sepanjang jalan aku dan Susana
banyak berbicara, melanjutkan obrolan kita yang belum selesai dari hari kemarin
sejak kedatangannya. Bak percakapan sepasang kekasih yang sedari lama sudah
dirindukan.
Tempat tujuan sudah hampir tiba, obrolanku
dengan Susana hening sejenak, sigap bersiap karena kendaraan yang kami tumpangi
sudah hampir sampai tujuan.
Sesaat sebelum aku turun dari
kendaraan tersebut, dalam sela waktu keheningan terlintas pikiran: indahnya hari
ini, hari dimana aku memulai kerja kembali dengan pekerjaan baru yang diidamkan,
setelah menganggur beberapa bulan. Hari dimana diawali dengan sarapan buatan
ibu yang tiada hentinya tersenyum untukku, dan di hari spesial ini sahabatku
hadir ikut mengantarkanku, kemudian menungguku di mall terdekat, sembari aku menyelesaikan
gladi resikku. Aku menoleh ke belakang kursi penumpang, memandangi sahabatku
itu, tersenyum, sungguh lengkap kebahagiaanku. Terima kasih Tuhan, batinku.
---
---
Nada dering default alarm ponsel
ku berbunyi, aku terbangun di Minggu pagi.
Hari ini aku dan adikku masih
berduka karena kematian kucing kami semalam, namun duka kami hindari dengan
tidak membahas apa-apa yang berkaitan dengan kematian kucing kami. Adikku
mengalihkan kesedihan dengan bermain game komputer. Sedangkan aku, mengalihkan kesedihan
dengan membuat video dan merangkai kata, hari ini temanku ulang tahun, setidaknya
aku harus memberikan ucapan padanya.
Kucari-cari foto kenangan kami sewaktu
kuliah hingga yang terbaru, dari semenjak di Yogyakarta hingga di Jakarta, kukumpulkan
kemudian memasukkan dalam satu folder di handphone yang kuberi nama “Ultah
Susana”, hendak aku jadikan bahan untuk membuat video kompilasi dari foto-foto
sebagai ucapan atas ulang tahunnya.
Bak roll film yang terputar
mundur, melihat foto-fotoku dengan Susana menyajikan kaleidoskop kebahagiaan
yang kala ini sering terlupa.
Memang benar, kebahagiaan itu
hadir justru saat tidak dicari. Saat kupilah-pilah foto-fotoku dengan Susana,
aku teringat momen suatu pagi, di hari pertamaku bekerja. Bunga-bunga di hatiku
waktu itu masih jelas terasa saat aku mengingatnya. Indah.
Aku tersenyum riang, hari ini aku
mendapat kebahagiaan yang tidak sengaja ditemukan. Aku bersyukur ia dilahirkan,
karena setidaknya pada ulang tahunnya yang ke 28 hari ini, aku dapat tersenyum
karena bahagia, terhibur atas kenangan bersamanya.
Dalam hati kuucapkan, selamat
ulang tahun Susana. Semoga kebahagiaan-kebahagiaan yang kamu berikan kepadaku, juga
senantiasa kamu rasakan.
17 April
2022, 23.00 WIB.
No comments:
Post a Comment