Sunday, 1 January 2023

Bintang Jatuh

Angin terasa sejuk malam itu. Berembus lirih namun mampu mengibarkan helai-helai rambut sepanjang punggung. Rambut yang berwarna hitam pekat, menyatu dengan gelapnya malam hari itu.

Ia berdiri memandang langit, berharap ada bintang jatuh. Doanya hanya satu, ia ingin diberi keberanian sekali saja dalam hidupnya. Walau hanya beberapa detik ia ingin merasakan keberanian. Entah berapa banyak hal yang ia sia-siakan, pun kepedihan yang terpaksa ia rasakan, akibat dari keberanian yang tidak ia miliki.

Ia masih berdiri tegak, sedikit mendongak ke arah langit, tatapannya nanar namun bola matanya bergerak lambat mengamati pergerakan bintang. Tak kunjung ada yang jatuh.

Tak seperti biasanya malam itu gemerlap lampu ibu kota seolah sedang tertelan, langit terlihat sangat kelam, menampakkan bintang-bintang dengan begitu jelasnya. Bising suara klakson dan mesin kendaraan pun tidak banyak terdengar seolah mendukung suasana sendu malam itu.

Setelah beberapa waktu bola matanya bergerilya mencari bintang jatuh, sekelebat di arah timur laut dari pandangannya bintang dengan cahaya redup terlihat bergerak hingga kemudian turun cepat menyisakan kilatan kemudian menghilang di cakrawala. Akhirnya ada satu bintang jatuh yang terlihat. Segera ia ucapkan doa yang sangat ingin dipanjatkannya. “ya Tuhan beri aku keberanian” ucapnya dengan sangat yakin namun pelan.

Seketika itu bak doa seorang mulia, doanya seperti langsung dikabulkan. Tubuhnya yang masih berdiri di tempat yang sama seperti ada energi ringan yang mengalir, tubuhnya yang semula kedinginan lalu perlahan terasa hangat, kemudian menjadi bersemangat, jantungnya berdetak lebih tenang namun hatinya mantap. “oh ini rasanya keberanian” batinnya. Perasaan yang mengikuti setelahnya adalah haru dan suka cita, ia begitu senang keinginannya terkabul. Akhirnya untuk pertama kali dalam usianya ia merasakan keberanian.

Dengan mantap ia langkahkan kakinya maju, pelan tapi pasti. 

Satu langkah,

dua langkah, semakin mendekati tepi, 

hingga langkah ketiga kedua telapak kakinya sudah berada di bibir lantai loteng tanpa pembatas. Tinggal satu langkah lagi ia berhasil membuktikan bahwa dalam hidupnya dirinya pernah memiliki keberanian.

Satu langkah terakhir dengan mantap ia lakukan.

.

.

.

Halaman gedung setinggi 18 lantai yang beraspal mendadak ramai dikerumuni orang, beberapa teriak histeris, beberapa berusaha mencari pertolongan, dan sebagian besar lainnya sengaja saling berdesak untuk mendekati sumber kerumunan, walau di dekat kaki-kaki mereka terdapat cairan merah pekat yang terus mengalir.

 

Jakarta, 01 Januari 2023

No comments:

Post a Comment