Sunday, 17 November 2013

Batu Nisan

Buk, kisah ini terjadi kurang lebih awal tahun 2011 yang lalu...
Buk, pernah kau membandingkan teman mana yang paling kamu sukai? Aku pernah, hah, seharusnya tak pantas bagi siapapun membandingkan satu teman dengan teman yang lain. Tapi buk, pikiran itu pernah terlintas karena aku pernah merasa terkhianati oleh seorang teman. Sungguh buk, kala itu aku sangat menyayanginya, sangat. Dia sudah ku anggap milikku buk, aku ceritakan ke semua orang bahwa aku punya teman dia, konyol, unik, bodoh tapi cerdas, dan hal lucu lain mengenai dirinya. Ku ceritakan dia kepada orang tuaku, temanku, sepupuku, adikku. Itu karena aku bangga dengan dia buk. Tapi buk, ada suatu kejadian yang membuatku hanya bisa kecewa dengan pertemanan ini. Panjang bila diceritakan, singkat cerita belakangan aku tidak dianggap teman lagi olehnya, ini hanya karena perbedaan pendapat di suatu urusan sosial. Sakit hatiku ini buk, dia hanya mau berteman dengan orang yang sependapat dengannya. Banyak temanku yang jadi sejalan dengannya dan kemudian juga menjauhiku. Temanku yg lain tetap tersenyum dihadapanku, tapi aku tau, dalam hatinya tetap menyimpan kejanggalan, kejanggalan seperti seseorang yang overdosis memakan selai kacang. Alias keracunan. Haruskah perbedaan pendapat urusan forum menjadi penghalang kita dalam berteman? Dia pernah mengataiku di depan teman yang lain bahwa aku gila hormat, tapi coba lihat, siapa yang ingin kata-katanya selalu dituruti? Entah siapa yang egois buk! Maaf, sungguh aku tidak bermaksud menyalahkannya.

Buk, kala aku lihat mereka, sering dalam hatiku aku berbicara sendiri. Apa kalian ingat kita pernah pergi ke danau dan menginap bersama? apa kalian masih menyimpan baju boyband kalian? Ingatkah kalian kita pernah memandang bintang bersama? berkhayal bersama? dan bangga atas pertemanan kita ini?
Sering ku perhatikan dirimu, ingin ku sampaikan ini padamu kawan. Kenapa kamu tambah kurus? Apa kamu sedang stres karena sesuatu? Rambutmu sudah terlihat gondrong, kapan mau memotongnya? Katanya ingin mengajakku naik gunung, kenapa sudah berkali-kali naik aku gak pernah diajak? Padahal kamu tau aku selalu mengatakan aku ingin naik gunung. Hehe... teman-temanku  jangan lupa kalian makan, jaga kesehatan dan rajin ganti baju. Kalian terlihat kusut dan banyak pikiran. Kalau baju kalian habis, kita bisa beli baju yang sama untuk dipakai, seperti jaman dulu kita selalu membeli baju yang seragam seperti anak panti. Aku rindu kalian temanku, tapi aku sadar seperti kata orang bijak “ada pertemuan, ada pula perpisahan” mungkin sudah saatnya aku berpisah dengan kalian, bukan berpisah secara fisik, tapi jiwa kalian sudah bukan untukku lagi. Selamat jalan teman-temanku yang ku sayang. Bahkan bila ada batu nisan untukmu, batu nisan itu akan selalu ku jaga sebagai tanda atas jejakmu yang indah.

Ok, anyway tapi gak papa buk. Sekarang aku tau jawabannya buk, kalau aku ditanya teman mana yang paling kau percaya. Saat ini, aku akan memilih temanku semasa kecil. Kita berteman tanpa asas kepentingan buk. Kita berteman karena kita memang pingin bersenang-senang. Bukan karena dipaksa dalam suatu lingkungan, atau karena alasan sama-sama anak rantau. Tapi ini tidak menutup kemungkinan aku akan menemukan teman yang benar-benar tulus di waktu yang sekarang atau mendatang. Selalu ada orang baik yang diciptakan untuk kita buk. Aku percaya itu.

Dan ada satu hal lagi yang bisa ku petik pelajaran buk. Sayang sama orang boleh, bukankah sesama manusia kita harus saling menyayangi? Ya, tapi jangan terlalu dipercayai. Gak percaya bukan berarti selalu curiga dan gak berbuat baik kepadanya. Kita harus tetap berbuat baik sama siapa aja, apalagi teman kita. Gak penting deh, orang lain butuh kita untuk berbuat baik atau gak, kapan dia kangen sama kita, dan kapan dia butuh kehadiran kita. Yang terpenting adalah kita selalu ada di sampingnya, berusaha buat lingkungan tertawa dan bahagia. Selalu ada disampingnya bukan berarti protektif buk tapi biar kita selalu avaliable kalo dia memang butuh kita kapanpun.


Yogyakarta, 10 November 2013

No comments:

Post a Comment