Buk, kisah ini
terjadi kurang lebih awal tahun 2011 yang lalu...
Buk, pernah kau
membandingkan teman mana yang paling kamu sukai? Aku pernah, hah, seharusnya
tak pantas bagi siapapun membandingkan satu teman dengan teman yang lain. Tapi
buk, pikiran itu pernah terlintas karena aku pernah merasa terkhianati oleh
seorang teman. Sungguh buk, kala itu aku sangat menyayanginya, sangat. Dia
sudah ku anggap milikku buk, aku ceritakan ke semua orang bahwa aku punya teman
dia, konyol, unik, bodoh tapi cerdas, dan hal lucu lain mengenai dirinya. Ku
ceritakan dia kepada orang tuaku, temanku, sepupuku, adikku. Itu karena aku
bangga dengan dia buk. Tapi buk, ada suatu kejadian yang membuatku hanya bisa
kecewa dengan pertemanan ini. Panjang bila diceritakan, singkat cerita
belakangan aku tidak dianggap teman lagi olehnya, ini hanya karena perbedaan
pendapat di suatu urusan sosial. Sakit hatiku ini buk, dia hanya mau berteman
dengan orang yang sependapat dengannya. Banyak temanku yang jadi sejalan
dengannya dan kemudian juga menjauhiku. Temanku yg lain tetap tersenyum
dihadapanku, tapi aku tau, dalam hatinya tetap menyimpan kejanggalan,
kejanggalan seperti seseorang yang overdosis memakan selai kacang. Alias
keracunan. Haruskah perbedaan pendapat urusan forum menjadi penghalang kita
dalam berteman? Dia pernah mengataiku di depan teman yang lain bahwa aku gila
hormat, tapi coba lihat, siapa yang ingin kata-katanya selalu dituruti? Entah
siapa yang egois buk! Maaf, sungguh aku tidak bermaksud menyalahkannya.
Buk, kala aku
lihat mereka, sering dalam hatiku aku berbicara sendiri. Apa kalian ingat kita
pernah pergi ke danau dan menginap bersama? apa kalian masih menyimpan baju
boyband kalian? Ingatkah kalian kita pernah memandang bintang bersama?
berkhayal bersama? dan bangga atas pertemanan kita ini?
Sering ku
perhatikan dirimu, ingin ku sampaikan ini padamu kawan. Kenapa kamu tambah
kurus? Apa kamu sedang stres karena sesuatu? Rambutmu sudah terlihat gondrong,
kapan mau memotongnya? Katanya ingin mengajakku naik gunung, kenapa sudah
berkali-kali naik aku gak pernah diajak? Padahal kamu tau aku selalu mengatakan
aku ingin naik gunung. Hehe... teman-temanku
jangan lupa kalian makan, jaga kesehatan dan rajin ganti baju. Kalian
terlihat kusut dan banyak pikiran. Kalau baju kalian habis, kita bisa beli baju
yang sama untuk dipakai, seperti jaman dulu kita selalu membeli baju yang
seragam seperti anak panti. Aku rindu kalian temanku, tapi aku sadar seperti
kata orang bijak “ada pertemuan, ada pula perpisahan” mungkin sudah saatnya aku
berpisah dengan kalian, bukan berpisah secara fisik, tapi jiwa kalian sudah bukan
untukku lagi. Selamat jalan teman-temanku yang ku sayang. Bahkan bila ada batu
nisan untukmu, batu nisan itu akan selalu ku jaga sebagai tanda atas jejakmu
yang indah.
Ok, anyway tapi
gak papa buk. Sekarang aku tau jawabannya buk, kalau aku ditanya teman mana
yang paling kau percaya. Saat ini, aku akan memilih temanku semasa kecil. Kita
berteman tanpa asas kepentingan buk. Kita berteman karena kita memang pingin
bersenang-senang. Bukan karena dipaksa dalam suatu lingkungan, atau karena
alasan sama-sama anak rantau. Tapi ini tidak menutup kemungkinan aku akan
menemukan teman yang benar-benar tulus di waktu yang sekarang atau mendatang.
Selalu ada orang baik yang diciptakan untuk kita buk. Aku percaya itu.
Dan ada satu hal
lagi yang bisa ku petik pelajaran buk. Sayang sama orang boleh, bukankah sesama
manusia kita harus saling menyayangi? Ya, tapi jangan terlalu dipercayai. Gak
percaya bukan berarti selalu curiga dan gak berbuat baik kepadanya. Kita harus
tetap berbuat baik sama siapa aja, apalagi teman kita. Gak penting deh, orang
lain butuh kita untuk berbuat baik atau gak, kapan dia kangen sama kita, dan
kapan dia butuh kehadiran kita. Yang terpenting adalah kita selalu ada di
sampingnya, berusaha buat lingkungan tertawa dan bahagia. Selalu ada
disampingnya bukan berarti protektif buk tapi biar kita selalu avaliable kalo
dia memang butuh kita kapanpun.
Yogyakarta, 10
November 2013
No comments:
Post a Comment