Seorang
sahabat menitipkan salam untuk bintangnya yang tak mungkin digapainya, untuk
kabutnya yang tak mungkin ditangkapnya, dan untuk angginnya yang tak mungkin
dikejarnya. Seorang sahabat itu menitipkan sebait salam padaku, tak berani berujar
langsung pada si ‘penyusun alamnya’ dia hanya berani mengungkapkan lewat dunia
maya, suatu ketika dia berkata “tidak apa, bukankah rasa ku ini padanya hanya
boleh sebatas maya?” aku terdiam dan hanya bisa lanjut menuliskan....
Berantah
Telah ku telaah sampai
ku lelah
Apa sapa apa tapa apa
canda
Senanung ku tersanjung
tak bendung,
Ternyata hanya sandung
dibalik mendung nan termenung.
Aku kaku, kelu, buntu, kian ragu
Kau saku aku dengan paku yang menggaru
Waruku....
05-02-2012
Tanpa mengerti apa
maksudnya, semoga sebait salam itu dapat menjadi kunci untuk menembus batas
maya.
Yogyakarta, 21 Mei 2013
No comments:
Post a Comment